Saturday, October 28, 2017

Bapak

Bapak

Suasana malam mencekik lebih dingin
Kali ini jaket tak ku kenakan
Hanya berkaos panjang dan dengan jilbab yang menutupi rambut hitam ku
Kursi panjang di depan gubuk kami
Terbuat dari kayu dan bambu tanpa sedikit cat sejak dibuat
Didepan jendela rumah yang selalu di bersihkan oleh mamak
Ku dudukan badanku dengan menaikkan kepala agak tegap
Berdebat sebentar seolah menyaring embun yang sangat berarti
Kami membicarakan nya lewat angin malam
Banyak menutup mulut bermain bayang sendiri
Bapakku menaikkan kaki nya sebelah
Posisi yang memang sedap sambil menghisap rokok nya
Aku tidak suka bau itu
Tapi kata bapak
Setidaknya membantu menenangkannya
Walaupun tidak menyelesaikan problematika yang di depan bukaan mata
Bapak kali ini jauh tidak beraturan
Katanya tadi dia hampir saja tengkurap di bawah penderitaan
Namun beliau adalah bapakku
Tak mungkin dia mengalah dengan urusan fana itu
Serintik air dari suram nya awan pekat
Menetes tepat di genteng tanah liat
Terdengar tik tik namun tidak dapat aku lihat
Bapakku dulu berbilang
Sekali tik dalam butiran air
Akan meresap pula
Begitupun dengan pikiran mu dan otakmu
Bapak tak akan berhenti mengasah nya Dengan mengusungmu bermain dalam kritis
Ohh sungguh mendalam

Bapak menyulurkan tangan
Yang tak kusangka sekarang semakin kurus saja
Padahal setahun kemarin bapakku masih terlihat kekar
Menimba air dari sumur di samping gubuk kami
Untuk ku angkat dan kuberikan kepada mamak
Agar dapat menengak air jernih

Jaket kusam yang dulu ia beli dengan gaji pertamanya sebagai buruh
Sampai di pundakku
Dan ku kenakan dengan ku benahi posisinya
Bapak akan bicara penting nak
Hambar memecah bersama guntur
Aku menoleh dengan tatapan yang lama tak kulakukan
Namun bapakku kini malah tertawa
Sesambil meletakkan rokoknya
Lalu mengelus elus rambut keritingku
"Nak kamu bukan anak gadis yang menangis lagi jika tak bapak beri permen , bapak terlalu senang mendengar kau tumbuh lebih dari sewajarnya .berbijaklah nak berbijaklah dan rawatlah mamak bapakmu dengan berbijak pula"
Tersenyum simpul
Lebih manja
Dan pelukan mendarat dari seorang bapak yang tidak aku cintai bau rokoknya
Tetapi kuletakkan penuh kebaktian di setiap kedipan matanya~

Wednesday, October 18, 2017

Desa

Hakikat telah menumbuhkan
Sehijau nestapa yang terbawa angin
Semegah suburnya tanah ditepi sungai kecil
Dengan hamparan sawah sebagai nostalgia para lelaki
Berebut si raja terbang kecil berkicauan
Telah menyambut setelah memasuki gerbang desa kepunyaan

Cukup telusuri dengan menengok pelan
Sambil hirup udara berbau tanah itu
Lalu matamu akan menjadi berbinar
Dimanjakan oleh menjulangnya pegunungan dengan jalan berkerikil
Dengan mata air yang berbilang biru
Sangat dingin menembus tulang
Itu satu pesan
Supaya semakin kau tahu nikmat tuhan yang tidak bisa kau dustakan

Sampai di ujung pohon besar
Jalan menurun lebih baik
Sudah siapkah dengan kepungan senyum
Yang menghadang di gubuk gubuk sepanjang setapak
Para wanita bercengkerama sambil memegang tenun
Meneruskan sulamnya atau sekedar memberi nilai untuk kainnya
Mereka ibu dan juga gadis
Bersolek mengibaskan rambut hitamnya
Menjaga gubuk mereka sambil menumbuk padi dengan lesung di belakang rumah
Menjaga buah hati dan juga menjaga desa kepunyaan

Setelah setapak semakin bagus
Berhentilah di perempatan depan itu
Jalan sudah ditutup rapat
Mereka sedang menghidupkan gerak
Memberi makan anak cucu dengan budaya dan istiadat
Semua yang terlewati telah bertumpah menjadi satu di lapangan itu
Mengucap syukur dengan caranya
Karena ini acada wiwitan
Dimana padi semakin merunduk
Tanpa menunjukkan kesombongannya
Menandakan panen akan segera tiba

Pemuka desa memulai dengan salam
Memohon kembali diberi rezeki yang lebih lapang
Mereka hikmat larut dalam harap
Semakin menyadari
Dan mengutuk alam dengan semakin menjaganya~

18 oktober 2017

Saturday, October 14, 2017

Hujan pojok

Hujan pojok

Malam ini
Hujan benar benar membasahi kota
Masih sempat menguyur aspal
Yang dibangun aparat pemerintah

Jam matahari sudah tak berlaku
Matahari sedang tunduk
Digantikan sinar bulan
Yang juga suram direnggut awan hitam

Suasana kota pojok yogya
Terasa lebih renggang
Warga asyik bercengkerama didalam rumah
Mungkin sudah memainkan selimut
Toh,kali ini pun sangat dingin

Mobil motor masih menghidupkan lampunya
Sekujur tubuh pengendara mungkin kedinginan
Hujan yang tidak diharapkan
Membasahi suasana hati
Kian membeku

Hujan tak mungkin tanpa makna
Semua berkah ketika tetesan deras dan tidaknya
Karena tontonan akan bubar
Dan besok pagi bapak petani lebih riang
Tanpa harus menyiram tanamannya~

Triwahyuni,14oktober2017

Friday, October 13, 2017

Satu dua cerita bocah

Dua anak
Satu terlihat lebih berkulit kuning
Kedua terlihat kehitaman berambut pendek
Satu dan dua mereka adalah satu
Dua lagi insan dengan orang yang pernah menghidupinya
Satu alasan ketika akhirnya mereka memusnahkan ikatan
Tiga mungkin ada selipan pihak lain yang menyusup
Meluluh lantakkan belaian dari dua tangan
Yang seharusnya masih dirasakan di usia belia

Dua pajantan sekisar bocah sd
Berbonceng tanpa lupa berbelok dengan mengerem agak keras
Mereka diakui tangguh
Dengan kenakalan yang relatif menjengkelkan
Dua insan yang aku bicarakan tadi
Telah mempunyai satu satu gantungan hidup masing masing
Mengubah seratus delapan puluh derajat kehidupan mereka sendiri
Tanpa mereka memikirkan dua pejantan superhero nya
Yang harus hidup dan hidup dibawah renungan
Tinggal di antara kedua pihak itu sakit
Betapa hancurnya hati kedua pejantan itu
Tumbuh sewajarnya dengan hati yang lebih tangguh
Dan asal kalian tahu
Hanya satu yang mereka impikan
Kembali menyatukan rindu
Dalam senja yang sempurna
Bersama keluarga yang utuh ~
 
Triwahyuni,13 11 17

Lovestory

Ketika mataku menuntunmu menemukanku.aku hanya menahan tawaku.karena itu akan terlalu buruk apabila aku tak membalas tatapan itu~

Tenanglah aku sudah bersepakat dengan angin untuk tetap rindu jadi jangan kaget jika nanti kau merindukanku pula~

Thursday, October 12, 2017

Mimpi

"Tentang mimpi dalam masa itu"

Dia terperosok lagi
Bersama debu yang menempel di wajahnya
Dia kesut dengan tangan mungilnya
lalu berkata "aku tak apa,jangan risaukan"

Dia bangkit kembali
Bersama beribu orang yang masih peduli
Saat bercengkerama ria, dialah sang ahli dalam menipu
Dengan memunculkan begitu banyak canda
Walau sebenarnya dia hanya bertopeng belaka

Dia terpuruk lagi
Oleh keadaan yang memaksanya untuk berdiam
Atas sakit dan perihnya segala masa lalu
Atas muramnya apa yang ia pikirkan
Atas kebencian dan kenistaan sebuah kemunafikan
Ia ingin menjerit membuang lara
Ia ingin tertawa lebar lebar untuk  menyempitkan sunyi
Ia ingin menangis goyah untuk menghabiskan air mata

Ia memulai kembali
Sebuah depresi yang selalu tersembunyi
Ia mengacak-acak rambutnya
Mengulang memori yang pernah ia hancurkan sendiri
Dan hanya mampu berkedip sembari menguap dalam harap
Ketika dibalik remang-remang ia menguatkan kembali
Setitik cahaya di dalam hati akan sebuah mimpi
Dimana ia tak boleh mengenal kata tumbang
Hanya karna kata masa itu~

Drama

*Drama besar*

Aku yang memulai lagi
Segala drama bak sandiwara besar
Yang dimainkan penuh niat oleh sang aktor
Semakin rumit menjadi di penghujung cerita
Di rangkai sedemikian rupa oleh sang pencipta agung
Berharap keberkahan atas segala alur dari-Nya

Aku yang salah kembali
Segala penokohan yang dijalani seolah-olah menyentuh hati
Yang mulai aku pahami dalam salah dan kesadaran
Semakin menjadi saat banyak orang datang memperbaiki
Di atur sedemikian rupa oleh sutradara supaya tak ada yang curiga

Aku yang menangis
Dan aku yang tertawa lagi
Segala penderitaan dan suka bercampur dalam penantian
Yang mulai menanjak dalam waktu yang kian cepat berlalu
Semakin melaju,
Semakin memukul,
menuruti apa yang terusahakan dalam sekelumit doa
Di perbaiki dengan kepiawaan penutupan luka
Berhasil ditampilkan dalam selimut bahagia penuh ucap syukur~

Triwahyuni

In the Middle of The Sea

In the Middle of The Sea I walk in the middle of the sea, like the calm wind The water shines brightly supports the powerful feeling And ...